Si Jaguar
Sebuah kantor maskapai
penerbangan di Namibia bernama Air Namibia tiba-tiba penuh dengan Polisi dan
seorang Agen Interpol. Mereka mencari informasi seorang buronan internasional
yang terkenal dengan aksi pencurian barang-barang antik untuk dijual atau di lelang
di pasar gelap. Pencuri ini mempunyai banyak nama samaran namun dia terkenal
dengan nama Jaguar karena kelincahan dan kecepatannya dalam melakukan aksi
maupun saat melarikan diri. Namun kali ini si pencuri tersebut lengah dan
seorang Agen Interpol bernama David Bill yang cukup lama mengendus keberadaan
si Pencuri berhasil mendapatkan secuil informasi aksi pencurian yang akan
dilakukannya. "Dia akan ke Prancis!" kata David yang beberapa saat
yang lalu mendapatkan info dari seorang informan.
Beberapa saat kemudian sang
Agen Interpol bersama Satuan Polisi Namibia bergegas datang ke Bandara
Internasional Namibia Windhoek Husea Kukato. Mereka telah mengantungi nomor
penerbangan yang dinaiki si pencuri. Seketika tiba di bandara agen itu melihat
papan jadwal penerbangan dan mencari
nomor penerbangan SW980 yang kemudian ditemukan nya dengan raut kekesalan.
"Sialan, kita terlambat! Pesawat dengan nomor penerbangan ini telah
terbang beberapa jam yang lalu dan mungkin menurut perkiraan-ku akan mendarat di
Prancis beberapa saat lagi" Katanya. Kemudian ia langsung memerintah
petugas yang lain untuk mencari data-data tentang penerbangan dengan kode SW980
tersebut ke pihak maskapai dan juga bandara sementara ia sendiri langsung
menghubungi Kantor Interpol di Prancis.
Rabu pagi yang cerah di
Paris, Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle seperti biasa begitu padat dan
sibuk. Bandara ini adalah Bandar Udara tersibuk di Eropa. Hal ini tidaklah
mengherankan karena Paris adalah salah satu megacity dunia dengan berbagai
macam kegiatan bisnis, pariwisata dan lain sebagainya. Di sela-sela padatnya
Bandara Paris-Charles de Gaulle tidak ada yang menyadari bahwa ada seseorang
buronan Interpol yang sempat singgah khususnya di Terminal 2 bandara itu lalu
lolos dengan mudahnya.
Interpol Prancis terlambat
untuk mencegah si Pencuri itu lolos. Mereka datang 30 menit setelah pesawat
dengan nomor penerbangan SW980 telah menurunkan semua penumpangnya. Meski
terlambat mereka tetap berusaha mencari informasi tentang si Jaguar ini kepada
maskapai dan pihak bandara. Mereka mendapatkan informasi baru bahwa si pencuri
menyamarkan identitasnya, kali ini si pencuri memakai nama Momoga, tertulis
sebagai turis dari Namibia. Hal ini sudah terkonfirmasi dengan tepat dibuktikan
dengan hasil CCTV bandara yang menangkap sekelebat wajah Momoga/Jaguar si
pencuri.
"Istirahat
dulu, Aah." Momoga terlelap kelelahan di sebuah motel di sekitar Paris. Siang itu ia gunakan untuk mempersiapkan peralatan-peralatan yang
dibutuhkannya.
"Tut, tut, tut
tut!" alarm smartphone berbunyi menunjukkan jam 5 sore waktu Paris.
"Saatnya berangkat."
benak Momoga dalam hati.
Setelah bersiap-siap, Momoga
berangkat menuju jantung kota Paris. Waktu saat itu telah menunjukkan jam 6.25
sore.
Di lain waktu dan tempat di
sebuah pesawat tujuan Paris, sedang duduk dengan gelisah David Bill sang Agen
Interpol sambil sesekali melirik jam tangannya. Entah ia gelisah karena waktu
yang dihabiskan untuk transit dari satu pesawat ke pesawat lain demi untuk
sampai ke Paris pada hari itu juga atau karena gelisah memikirkan
ketidakgesitannya mengejar si Jaguar. Yang pasti ia sudah tidak sabar lagi
ingin menangkap si Jaguar.
"Satu jam lagi kita
akan sampai di Bandara Paris-Charles de Gaulle" terdengar kata-kata
pramugari dari telinga sang Agen.
"Akan kupastikan kau
tidak akan lari lagi kali ini, Jaguar!" Bill berkata dalam hati.
Bill sampai dan mendarat di
Paris pukul 6 sore, kedatangannya sudah ditunggu seorang wanita Agen Interpol
dari Prancis bernama Jean Dealov. "Apakah kalian menangkapnya?" Hal
pertama yang dikatakan David kepada Jean.
"Tidak, kami terlambat
setengah jam tadi pagi." Jawab Jean.
"Sial, Dia memang
lincah seperti biasanya. Lalu apa yang kalian dapatkan selain itu?" tambah
David.
"Kami mendapatkan
identitas palsunya, dia memakai nama Momoga dan ke Paris sebagai Turis. Kami
juga mendapatkan beberapa tangkapan wajahnya di CCTV." Jawab Jean.
"Good Job. Apa kau sudah
melihat rekaman CCTV itu?"
"Sudah."
"Apakah dia menyamarkan
penampilannya?"
"Kupikir iya tapi tidak
banyak, dia memakai pakaian agak tertutup dan wajahnya agak sedikit
berjambang."
"Oke, kalau begitu mari
kita ke kantormu dulu, sambil kita pikirkan apa langkah kita selanjutnya."
Ajak David.
"Baiklah." kata
Jean mengakhiri percakapan mereka sore itu dan bergegas ke kantor Jean.
Jam 7 malam mereka telah
sampai di Markas Interpol cabang Kota Paris, David menjelaskan kronologis
kejadian sebelumnya yang dialaminya di Namibia dan juga menjelaskan dengan
rinci siapa yang jadi target mereka kali ini, yaitu si Jaguar. Terungkap lah bahwa
si Pencuri ini sering melakukan aksinya sendirian dan memakai rencana yang
sulit ditebak. Meski begitu "Sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh
juga" Kata David optimis di depan agen-agen Interpol di ruang meeting. Ia
yakin kali ini ia akan menangkapnya.
* * *
"Waah ramai juga ya
hari ini." kata Momoga melihat orang lalu lalang di halaman depan Museum
du Louvre tepatnya di sekitar bangunan Pyramide du Louvre. Sebuah piramida kaca
yang selesai dibangun tahun 1989. Bangunan ini terlihat lebih indah di malam
hari dibalut cahaya lampu-lampu di sekitarnya. Museum dan Piramida serta
bangunan lain di dekatnya tergabung dalam satu wilayah yang sering disebut
sebagai Istana Louvre.
"Tak terasa satu jam
lagi tempat ini tutup, saatnya beraksi." Kata Momoga dalam hati sembari
melangkah menjauhi museum namun tak begitu jauh. Sambil melihat-lihat sekitar
ia berhenti ditempat sepi dan jauh dari pandangan orang. Kemudian secepat kilat
Momoga telah berganti baju memakai baju petugas museum. Ia juga telah
menyiapkan identitas dan ID card palsu lainnya untuk aksinya ini.
* * *
"Orang ini biasa
beraksi dengan cepat, terencana, licin, dan tak segan melukai." Papar
David.
"Kemungkinan besar ia
akan beraksi hari ini juga." Lanjut David.
"Sekarang hampir jam
setengah sembilan malam, menurutmu dimana si Jaguar ini akan melaksanakan
aksinya?" Tanya salah seorang agen di ruang meeting itu.
"Di Prancis ada satu
museum terbesar dan terkenal di Dunia, Museum Louvre. Ada banyak artefak
berharga di sana. Pasti di sana targetnya." Jawab David.
"Oke, ayo bergegas kita
ke sana! Jean hubungi Kantor Polisi Paris, minta mereka untuk membantu kita
saat ini juga. Waktu sudah hampir jam 10 malam. Museum itu akan tutup, pasti
sekarang dia sedang beraksi ini. Yang lain ayo berangkat!" Perintah Sang
Ketua Interpol Cabang Paris.
* * *
Momoga masuk ke museum dari
pintu pegawai museum tanpa ada yang mencurigai nya. Ia bergegas menuju ruang CCTV. Dia
terlihat tenang dan terlihat hafal tata letak museum tersebut. Sesampainya di
sana dia langsung menodongkan pistol berperedam ke arah pegawai yang bertugas
mengawasi CCTV. Sembari menodongkan pistol ia merusak peralatan-peralatan di
sana sehingga tidak dapat digunakan lagi. Setelah selesai ia menyita handphone
dan mengunci mereka di ruangan itu, lalu bergegas menuju target curian.
"Aah ini dia barang
yang kucari." Benak Momoga sembari merusak kaca pelindung barang itu.
Barang itu adalah Tutankhamun Perkamen Sanctum sebuah naskah kuno terbuat dari lembaran papirus yang sudah terawetkan. Artefak ini
adalah peninggalan zaman mesir kuno yang begitu bernilai bagi yang mampu
memahami karena konon berisi peta-peta harta karun Para Firaun. Momoga berhasil
mengambilnya dengan mudah lalu ia pindahkan ke tas dengan hati-hati.
Sekarang dia lanjut ke
rencana meloloskan diri, namun sayup-sayup mulai terdengar suara sirine.
Semakin Momoga melangkah semakin keras suara sirine itu sampai ia sadar bahwa
ia telah ketahuan. Seketika itu Momoga berlari menuju pintu pegawai yang
dimasukinya tadi tapi ia melihat dari jauh ada mobil polisi yang sudah
menunggunya. Ia lari lagi ke bagian kiri museum sambil sesekali menodongkan
pistol ke siapapun yang ditemuinya. Ketika ia hampir sampai di pintu keluar
lagi-lagi mobil polisi telah terlihat di luar.
"Bangsat, Sialan!"
umpatnya sambil kembali masuk ke dalam ditemani suara David yang terdengar
berulang kali dari pengeras suara memintanya untuk menyerah. "Menyerahlah
atau kami akan masuk!" Kata David.
Di saat ia panik dan bingung
mencari jalan keluar, Ia menemukan sebuah pintu menuju bawah tanah yang tidak
diketahui akan membawa dirinya ke mana. Momoga tak ambil pikir lagi, ia masuki
pintu itu. Ia susuri lorong gelap itu dengan terburu-buru sambil menghidupkan
senter di smartphonenya.
Setelah sekitar 70 meter
berjalan menyusuri lorong gelap, Momoga menemukan pintu keluar. Ia membukanya
dan ia terkejut melihat ruangan yang tidak asing namun begitu sepi dan tidak
ada barang-barang museum. Ia masuk lalu sayup-sayup masih terdengar suara David
dari kejauhan. Ia mencari jendela lalu sadar bahwa dirinya telah berpindah ke
bangunan yang bernama Pavillon de Flore yang masih bagian dari Istana Louvre.
Di sisi kiri bangunan ini terdapat Jembatan Pont Royal yang melintasi Sungai
Siene. Momoga juga sadar bahwa karir kelamnya akan berakhir di sini melihat
banyak mobil polisi mengepung kawasan Istana Louvre.
"Jika aku lari menuju
sungai tak ada jaminan aku akan lolos, bahkan mungkin aku bisa tertembak ketika
berlari. Aahh seharusnya tadi aku tidak panik dan menyandera seseorang di
museum. Bangsat! biasanya lancar tapi ini kenapa bisa gagal?" Geram Momoga
di dalam hati.
Momoga terduduk lesu di
sebuah kursi dan meletakkan tasnya di sebuah meja di depannya.
"Inilah akhirnya, setelah selama ini, akhirnya..." Momoga tertunduk
lesu. Suara David sudah tidak terdengar lagi menandakan para petugas telah masuk
ke museum untuk mengejar dan menangkapnya dan tentunya sebentar lagi petugas lain akan
mencari ke bangunan ini juga.
"Kalian sedang apa di
sana Eria? Apakah ibumu berulah lagi?" Momoga mengingat satu-satunya anak
perempuannya yang sedang beranjak dewasa lalu menelefonnya.
"Kenapa yah? Aku mau
berangkat kuliah ini?" Jawab Eria.
"Ayah telah gagal,
Ibumu sudah sering memberi tahu ayah untuk berhenti melakukan ini. Tapi ayah
terlanjur tergiur uang. Maafkan Ayah, titip salam untuk Mama, ayah baik-baik
saja..." Belum sempat Eria menjawab, Momoga telah membanting smartphonenya
sampai hancur lebur.
Beberapa menit kemudian
Petugas menemukannya menyerah tanpa perlawanan. Dalam benak Momoga terbesit
untuk melawan, kabur atau bahkan bunuh diri tapi ia ingat keluarganya dan ia
ingat beberapa orang yang pernah ia lukai. Si pencuri itu sudah lelah rupanya, si Jaguar telah
terhenti.
**Tamat**
Terimakasih atas kesannya.
BalasHapus